F-35 AS Nyaris Ditembak Houthi, Ketegangan Meningkat

F-35 AS Nyaris Ditembak Houthi, Ketegangan Meningkat

washclubmiami.com – F-35 AS yang punya kemampuan canggih hampir ditembak jatuh oleh kelompok Houthi di Yaman, dalam serangan bulan lalu. Insiden ini memicu kepanikan di Washington dan mendorong gencatan senjata dengan Houthi.

“Baca juga : Barcelona Resmi Juara Liga Spanyol Musim 2024/2025”

Situs National Interest melaporkan bahwa serangan ini mempertanyakan keandalan F-35 dalam pertempuran nyata. Analis pertahanan Harrison Cass menyebut sistem pertahanan udara Houthi yang sederhana ternyata efektif mengancam pesawat AS.

Analis militer Gregory Prue mengungkapkan bahwa rudal Houthi hampir mengenai beberapa F-16 dan F-35 AS. Kelompok tersebut juga berhasil menjatuhkan tujuh drone MQ-9 AS senilai $30 juta per unit, yang mengganggu operasi intelijen AS di Yaman.

Pertahanan udara Houthi terdiri dari rudal buatan lokal dan sistem modern dari Iran. Meski sederhana, sistem ini sulit terdeteksi radar AS karena menggunakan sensor inframerah pasif dan rudal berpemandu presisi.

Genjatan senjata

Houthi mengklaim memiliki rudal Barq-1 dan Barq-2 buatan Iran dengan jangkauan 50-70 km. Rudal ini mampu mencapai ketinggian 49.000-65.000 kaki dan dilengkapi kamera inframerah untuk melacak target.

Insiden ini memunculkan kekhawatiran baru tentang kemampuan AS dalam menghadapi pertahanan udara lawan. Jika sistem sederhana Houthi bisa mengancam F-35, bagaimana AS bisa menghadapi pertahanan udara canggih seperti milik Rusia atau China?

The War Zone menyimpulkan bahwa teknologi tinggi tidak selalu menjamin kemenangan. Sistem pertahanan rendah teknologi justru bisa mengganggu efektivitas pesawat dan rudal canggih.

Sementara itu, kapal induk AS Harry S. Truman meninggalkan Laut Merah tanpa ada penggantinya. Pejabat AS menyatakan bahwa AS dan Houthi sepakat menghentikan serangan timbal balik, meski Houthi terus menyerang Israel.

Israel tidak memberi tahu AS sebelum menyerang pelabuhan Hodeidah dan Salif di Yaman. Oman memediasi gencatan senjata 10 hari lalu, dengan kesepakatan bahwa AS dan Houthi tidak akan saling menyerang.

“baca juga : Siswa SMA di Indonesia Masih Kesulitan Gunakan Komputer”

Insiden ini menunjukkan bahwa perang modern tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga strategi dan adaptasi. Keberhasilan Houthi mengganggu operasi AS membuktikan bahwa sistem sederhana bisa menjadi ancaman serius.