washclubmiami.com – Harga batu bara berhasil menghentikan tren penurunan yang telah berlangsung selama empat hari berturut-turut dan kembali menyentuh level US$100 per ton. Pada 26 Maret 2025, tercatat sebesar US$100,4 per ton, naik 2,19% dibandingkan dengan harga sebelumnya yang tercatat US$98,25 per ton pada 25 Maret 2025. Penguatan harga ini terjadi di tengah upaya perusahaan tambang besar, Glencore, yang mengurangi produksinya.
“Baca juga : GoPro Max 360 Rilis Generasi Terbaru Setelah 5 Tahun”
Glencore, yang memiliki tambang batu bara Cerrejon, mengumumkan pengurangan produksi sebesar lima hingga sepuluh juta ton tahun ini. Sebelumnya, perusahaan memperkirakan tambang Cerrejon akan menghasilkan antara 11 hingga 16 juta ton pada tahun 2025. Pengurangan produksi ini bertujuan untuk menahan penurunan dianggap tidak berkelanjutan. “Pemangkasan produksi ini disebabkan oleh harga batu bara termal laut yang tidak menguntungkan,” kata Glencore dalam pernyataan yang dikutip oleh Bloomberg News.
Sebagai informasi, Glencore memiliki Cerrejon setelah mengakuisisi saham yang sebelumnya dimiliki oleh Anglo American dan BHP pada tahun 2021. Sebagai pemilik penuh, Glencore menerapkan kebijakan untuk menyesuaikan tingkat produksi dengan harga pasar. Jika jatuh, perusahaan akan mengurangi produksi, seperti yang terjadi sekarang.
Gejolak pasar
Namun, harga batu bara masih menghadapi tekanan di pasar global. Futures batu bara Newcastle Australia telah turun sekitar 20% sejak awal tahun, mencapai level sekitar US$100 per ton. Harga batu bara pernah mencapai lebih dari US$450 per ton pada September 2022 akibat lonjakan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina. Namun, sejak saat itu, aktivitas pertambangan melonjak, menyebabkan harga batu bara turun tajam.
Meskipun prospek pasar batu bara global tampak suram, CEO Glencore, Gary Nagle, tetap optimis. Ia menyatakan bahwa batu bara bukan lagi dianggap tabu dalam konteks transisi energi. “Batu bara energi tetap dibutuhkan selama transisi energi berlangsung,” katanya.
“Baca juga : Bahlil Rencana Ganti LPG dengan DME dan Percepat Jargas”
Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa konsumsi batu bara di Asia, terutama di China, kembali meningkat. Pada 2024, hampir empat perlima dari konsumsi batu bara global berasal dari Asia. Di China, konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik terus tumbuh, yang memperburuk ketergantungan negara ini pada sumber energi tersebut.