washclubmiami.com – Negara paling Ateis di dunia yang penduduknya memliki pandangan yang menolak keberadaan Tuhan atau kekuatan ilahi. Beberapa penelitian mengaitkan peningkatan jumlah ateis dengan pertumbuhan ekonomi.
Berbeda dengan beberapa negara lainnya agama telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak 150 ribu tahun lalu. Para peneliti menemukan bukti praktik penguburan oleh manusia Neanderthal sebagai bentuk kepercayaan awal. Namun, tren ateisme kini terus meningkat seiring perkembangan zaman.
“Baca juga : Bimo Wijayanto Jadi Dirjen Pajak, Ini Profil Lengkapnya”
Universitas Bristol menemukan bahwa sekularisasi menyumbang 40% pertumbuhan ekonomi global pada 1990-an. Sementara itu, Mississippi State University dan West Virginia University menyatakan bahwa negara dengan lebih banyak ateis cenderung memiliki skor kewirausahaan lebih tinggi.
“Semakin tinggi persentase ateis atau agnostik, semakin baik nilai kewirausahaan suatu negara,” tulis laporan penelitian tersebut. Para ahli menduga, hal ini terjadi karena masyarakat lebih fokus pada bisnis daripada aktivitas keagamaan.
20 Negara dengan Penduduk Ateis Terbanyak
Pew Research Center merilis data persentase ateis di berbagai negara pada 2022. Berikut daftarnya:
- Republik Ceko – 78,4%
- Korea Utara – 71,3%
- Estonia – 60,2%
- Jepang – 60%
- Hong Kong – 54,7%
- China – 51,8%
- Korea Selatan – 46,6%
- Latvia – 45,3%
- Belanda – 44,3%
- Uruguay – 41,5%
- Selandia Baru – 39,6%
- Mongolia – 36,5%
- Prancis – 31,9%
- Inggris & Irlandia Utara – 31,2%
- Belgia – 31%
- Vietnam – 29,9%
- Swedia – 29%
- Australia – 28,6%
- Belarus – 28,6%
- Luksemburg – 26,7%
Republik Ceko menempati posisi pertama dengan 78,4% penduduk mengidentifikasi sebagai ateis. Korea Utara menyusul di peringkat kedua, meski sulit memverifikasi data resmi dari negara tertutup itu.
“Baca juga : Samsung Galaxy S25 Edge: HP Super Tipis dengan Kamera Besar”
Beberapa negara maju seperti Jepang, Belanda, dan Prancis juga masuk dalam daftar. Di Asia, China dan Korea Selatan memiliki populasi ateis signifikan.
Faktor seperti pendidikan tinggi, kemajuan teknologi, dan kebebasan berpikir turut memengaruhi tren ini. Namun, kepercayaan agama tetap dominan di banyak belahan dunia.